Sekitar 130 siswa kelas 5 dan 6 SDN Kalijaga Permai mengikuti sosialisasi tentang tiga dosa besar dalam pendidikan yang dipaparkan oleh Dosen IPB Cirebon, Cici Situmorang, mengenai kekerasan seksual, bullying, dan intoleransi. Kegiatan yang didampingi mahasiswa PKL IPB Cirebon tersebut berlangsung interaktif dan diharapkan meningkatkan pemahaman siswa untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan saling menghargai.
Sekitar 130 siswa kelas 5 dan 6 SDN Kalijaga Permai tampak serius mengikuti sosialisasi mengenai tiga dosa besar dalam pendidikan yang digelar pada Jumat, (21/11/2025) lalu. Kegiatan ini merupakan bagian dari program praktik kerja lapangan (PKL) mahasiswa IPB Cirebon yang tengah bertugas di sekolah tersebut.
Sebagai narasumber, Cici Situmorang, dosen IPB Cirebon, memberikan pemaparan mengenai tiga pelanggaran yang menjadi perhatian utama dunia pendidikan, yakni kekerasan seksual, bullying, dan intoleransi. Ia menjelaskan bentuk-bentuk tindakan yang termasuk dalam kategori tersebut serta dampaknya bagi perkembangan emosional dan psikologis siswa.
Adapun para mahasiswa IPB Cirebon yang sedang PKL di SDN Kalijaga Petmai adalah Syah Ali Syaiful Bahri, Bintang Maharani Sugiono, Ana Mariyana, dan Vienda Armetavia. Mereka ikut mendampingi jalannya kegiatan, sekaligus menginisiasi sosialisasi tersebut.
Selain itu, Mmreka juga membantu memberikan contoh situasi yang sering ditemui di lingkungan sekolah, mulai dari ejekan antarteman hingga perilaku tidak menghargai perbedaan.
“Bullying memberikan dampak buruk, baik bagi korban maupun pelakunya. Kita perlu memahami bentuk-bentuknya agar bisa menghentikan dan mencegahnya sejak dini,” ujar Ali kepada Radar Cirebon.
Menurut Ali, kegiatan sosialisasi terswbut berlangsung interaktif. Para siswa terlihat aktif bertanya dan merespons penjelasan narasumber, terutama ketika membahas sikap toleransi dan pentingnya menghormati teman-teman yang berbeda latar belakang.
Melalui sosialisasi ini, para siswa diharapkan semakin memahami bahaya bullying, lebih peka terhadap tindakan kekerasan seksual, serta mampu membangun lingkungan belajar yang saling menghargai. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat memperkuat upaya sekolah dalam menciptakan ruang pendidikan yang aman dan bebas dari kekerasan.